Impian
bagi sebagian besar Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah produknya bisa terpajang
di rak-rak supermarket besar. Salah satu di antaranya adalah Carrefour. Selain
mendongkrak penjualan secara kilat, langkah ini dapat mengesankan brand suatu
produk lebih prestisius.
Lantas,
seperti apa kriteria produk UKM yang bisa masuk ke display Carrefour? Sebab,
sebagaimanan dijelaskan oleh Satria Hamid, Head of Public Affairs PT Carrefour
Indonesia Tbk, ritel yang 100% sahamnya dimiliki oleh Chairul Tanjung ini
bukan asal comot UKM. Tapi ada penilaian-penilaian tersendiri. Apalagi,
ditambah dengan adanya program Capacity Building Carrefour bagi UKM yang sudah
berjalan sejak 1 tahun yang lalu, tentunya momen ini menjadi kesempatan emas
bagi Carrefour untuk menjaring UKM-UKM yang ada agar terlibat bisnis dengannya.
Berikut kiat dan tips dari Satria Hamid, Head of Public Affairs PT Carrefour
Indonesia Tbk, dikutip dari Swa.co.id:
UKM seperti apa yang bisa masuk Carrefour?
Kami harus melihat dulu. Kami
sebagai perusahaan retail, siap menampung produk-produk UKM yang diproduksi
siapa saja. Tapi kami tidak bisa stop di situ. Pasar memang sudah ada,
anjurannya adalah bagaimana produk yang dihasilkan itu bisa diminati oleh
konsumen. Jangan hanya bisa growth produk, tapi konsumen enggan menjamah atau
membelinya. Itu penting. Jadi peran teknologi informasi, peran dari produk UKM
itu sendiri lah yang harus berinovasi. Itu yang benar-benar kami up date.
Seperti apa contohnya?
Misalnya, hanya bisa
memproduksi kaca mata kuda. Itu tidak bisa. Kami harus melihat perkembangan
zaman, kami harus melihat apa itu kebutuhan konsumen. Kami pun bukan sim
salabim saja bertindak. Tidak semua produk UKM yang sudah masuk pasti akan
dipilih konsumen. Sehingga kami menyiapkan piranti/displaynya. Yang berkompetisi
adalah produk-produk UKM itu sendiri. Bagaimana produk-produk tersebut bisa
mempunyai nilai tambah terhadap kompetitor yang ada. Itu yang diciptakan. UKM
harus mencari kelebihan yang dipunyai produk-produknya. Tapi yang lebih penting
adalah bagaimana peran teknologi informasi bisa kami serap dan implementasikan.
Itu yang pertama ingin kami raih. Tidak bisa sendiri. Harus kerja sama dengan
semua pihak.
Apa tantangannya?
Tantangannya ini sebagai
amanah. Tidak hanya dari pihak UKM atau Carrefour saja, tapi kita semua. Baik
universitas, perusahaan, dukungan pemerintah juga tidak kurang. Makanya program
ini harus berkelanjutan.
Apa harapannya ke depan?
Harapannya, program Capacity
Building ini akan menjadi catatan sejarah bagi pengembangan UKM di Indonesia.
Inilah contoh raw model-nya. Ngapain sih kami susah payah, sudah capek-capek
berkeringat untuk kemajuan UKM? Ya karena ada semangat mengembangkan UKM di
Indonesia. Tidak untuk Carrefour sendiri tapi UKM di Tanah Air Kalau UKM
itu maju, akan sangat merangsang ekonomi Indonesia. Lihat contoh UKM-UKM di
luar negeri. Kalau kita lihat, rasanya sih jualan kacang, jualan permen. Tapi
kemasannya? Luar biasa, harganya bisa lebih mahal. Nah, ini bidikan kami ke
depannya.
Makanya sama-sama kita tidak
boleh lelah, harus maju terus, kembangkan UKM. Kami posisikan diri sebagai
rumah bagi UKM. Tapi UKM mana yang siap berkompetisi itu yang akan kami ambil.
Kami tidak ingin UKM yang lemah. Kami ingin UKM yang bisa berkompetisi. (bn)
*)sumber:
http://www.ciputraentrepreneurship.com/penjualan-dan-pemasaran/syarat-dan-kriteria-produk-ukm-agar-bisa-masuk-ke-carrefour